More About Me...

Hi...this is my site

Joint the community

here is the text

Family Photograph


Membuat foto keluarga bisa jadi aktivitas membuat foto yang paling banyak kita lakukan. Dalam setiap keluarga pasti ada tradisi foto bersama. Baik itu dalam suatu acara keagamaan, adat, arisan, kawinan, dan lainnya. Dalam beberapa keluarga yang pernah saya jumpai, mereka membuat foto selayaknya dokumenter dari perjalan keluarga tersebut. Dari kelahiran anak, sunatan, masuk sekolah, remaja, menikah, dan punya anak lagi. Tidak hanya untuk mengabadikan kebahagiaan sebuah keluarga, family photograph juga menjadi media yang sangat baik dalam mengabadikan kesedihan dan kemalangan yang menjadi bagian keluarga tersebut.

Hampir semua jenis kamera dapat digunakan dalam membuat family photograph. Digital SLR, pocket digital, kamera film dan lainnya. Apapun jenis kameranya yang terpenting adalah kemudahan mengoperasikannya. Umumnya kamera yang mudah digunakan untuk family photograph adalah jenis pocket digital seperti Canon seri Ixus, Nikon seri Coolpix, hingga kelas prosumer seperti Panasonix seri DMZ, atau Canon S3Is. Kamera SLR kelas profesional tidak disarankan kecuali bagi mereka yang sudah sangat terlatih dengannya. Kamera jenis ini sangat riskan mengalami kerusakan terutama bila acara tersebut melibatkan anak-anak yang cukup banyak. Tugas Anda sebagai "juru foto" sekaligus anggota keluarga akan sangat merepotkan dalam mengurus kamera mahal itu.

Beberapa fotografer menyarankan untuk mengutamakan spontanitas dalam membuat foto keluarga. Memang dalam beberapa kesempatan kita butuh membuat foto yang formal, misalnya bapak dan ibu duduk dikelilingi para anak, menantu dan cucu. Atau acara foto bersama pasca wisuda atau acara pernikahan. Diluar model yang formal tersebut, kita masih punya segudang kesempatan membuat foto dokumenter keluarga dengan spontan. Keuntungan foto dengan spontan adalah terekamnya mood dan ekspresi secara natural. Ekspresi sayang seorang ibu pada anaknya. Kemesraan sang ayah dan ibu, atau badungnya si kecil saat acara keluarga. Bila ada keluarga yang sedang mengandung, adalah suatu kesempatan baik untuk mendokumentasikan perkembangan kandungannya hingga si bayi lahir. Ekspresi sayang si ibu pada kandungan hingga kelahiran adalah suatu gambaran mukjizat dalam suatu keluarga. Foto orang tua, nenek dan kakek dengan ekspresi mereka akn menjadi harta yang tak ternilai harganya ketika mereka telah tiada nanti. Kenangan terhadap mereka akan tetap hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam membuat foto keluarga ini pun saya menyarankan menghindari blitz. Gunakan exisiting light yang akan memberikan nuansa cahaya yang lebih hidup. Warna-warna akan terdokumentasi dengan lebih baik. Bila terpaksa menggunakan flash/blitz pastikan semua anggota keluarga yang difoto terjangkau blitz. Jangan sampai ada anggota keluarga yang berada dalam bayangan hitam. Seballiknya, juga jangan sampai ada anggota yang terbakar fotonya karena kuatnya blitz.

Pengambilan secara candid adalah cara yang paling saya sukai. Metode ini akan memberikan kesan spontan tanpa dibuat-buat. Untuk itu, kita harus mempersiapkan kamera dalam keadaan ready to use. Setel tombol-tombol dan setting lainnya sesuai dengan ukuran favorit Anda. Misal untuk foto dengan deep of field yang dalam Anda harus siapkan nilai aperture di antara f 8 sampai 16. Untuk foto dengan deep of field yang tipis (menghasilkan blur untuk background atau foreground nya) maka setel nilai aperture pada nilai f 1.8 sampai 3.5, dan seterusnya. Jadi, begitu ada momment menarik tinggal jepret.

Selamat mencoba.

EOS 40D


This week, I got my new EOS 40D. Actually, it is not really new camera though the condition is very good. I bought it from my best friends. Hoping I'll have chance for hunting this weekend. I will post my review on EOS 40D after that. Meanwhile, please have a look on the description.

Canon EOS 40D brings new EOS platform to
advanced amateur market

Amstelveen, The Netherlands, 20 August, 2007: Canon today introduces its latest digital SLR for advanced amateurs and semi-professionals: the EOS 40D. With a 10.1 Megapixel CMOS sensor, 6.5 frames per second burst performance, a newly developed AF system and 3.0" LCD with Live View mode, the EOS 40D makes significant advances in both performance and versatility. The camera benefits from the new EOS technology platform introduced earlier this year with the professional EOS1D Mark III. Canon's DIGIC III processor delivers responsive operation, improved colour rendering and near-instant start-up time. The EOS Integrated Cleaning System combats sensor dust, while a strong magnesium alloy body with weather resistance ensures lasting durability. "The EOS 40D represents an important step in the development of EOS for the advanced amateur market. It incorporates many of the technologies pioneered in our latest EOS-1 series cameras," said Mogens Jensen, Head of Canon Consumer Imaging, Europe.


For further reading visit> http://www.canon.com/

Macro Photography


Macro photography adalah salah satu favorit saya. Foto makro sering kali membuat kita takjub bahwa ternyata ada "dunia lain" selain yang biasa kita lihat. Bentuk-bentuk, warna, aturan social, dan hal lainnya yang sama sekali berbeda dengan yang biasa kita lihat. Ulat yang biasa kita pandang jijik, kadang, membuat kita takjub dengan struktur tubuh dan warnanya. Laba-laba kecil yang biasa kita lihat sepele bisa membuat kita terbelalak dengan kekejamannya ketika mencengkram mangsa. Khusus untuk foto macro saya membuat blog khusus di http://tedysitepu.blogspot.com.

"Macro", begitu teman-teman fotografer menyebutnya, adalah salah satu cabang fotografi yang mengambil obyek dengan jarak dekat kurang dari 1 meter dengan perbesaran minimal 1:1. Artinya 1 cm ukuran obyek tetap menjadi 1 cm direkam dalam sensor atau film. Bahkan ada kamera dan lensa yang mampu memperbesar hingga beberapa kali. Artinya 1 cm obyek bisa menjadi 2 atau 3 cm direkam dalam sensor. Dari sinilah kemudian istilah "macro" digunakan. Berbeda dengan foto umumnya (portrait atau landscape misalnya) setiap foto mengalami pengecilan. TInggi orang 1,5 meter hanya direkam dalam sensor setinggi 1,5cm misalnya. Beberapa kalangan menyebut pula dengan "micro" dengan pengertian obyek yang diambil biasanya benda-benda yang sangat kecil.

Untuk mendalami "macro" sebenarnya susah-susah gampang. Susahnya karena hampir semua proses secara manual. Berbeda dengan tema foto lain yang mudah dilakukan dengan mode otomatis. Susahnya lagi untuk foto macro kita perlu lensa yang khusus, sebagian lensa tersebut cukup mahal. Namun ada juga peralatan yang bisa kita buat sendiri untuk mengganti lensa makro yang mahal itu (pada posting berikutnya saya akan sharing cara membuat lensa makro yang cukup murah).

Mudahnya, macro bisa menjangkau semua jenis obyek yang berada disekitar kita. Lalat, nyamuk, ulat, bunga, daun, cincin atau apa saja yang menurut Anda menarik bisa dijadikan obyek. Berikut contoh-contoh macro yang saya buat.






Berikut 5 tips untuk foto macro:

  1. Atur setting pada mode makro. Biasanya pada kamera ditandai dengan gambar kuncup bunga.
  2. Bila ada setting secara manualnya, set speed tidak kurang dari 1/200, karena ukuran benda kecil dan dilakukan perbesaran maka kita akan melihat gerakan atau goyangan kecil obyek seperti gempa besar dilihat dari balik lensa. Pengalaman
  3. Pastikan setting aperture (diafrahma) pada bukaan yang kecil, paling tidak 8 sampai 16. Ini untuk mengatasi kedalaman focus. Dalam mode macro deep of field sangat tipis. Sehingga bukaan yang besar (2.8 sampai 6) mudah membuat out of focus. Dengan bukaan aperture besar maka membuat bidang focus makin lebar pula.
  4. Hindari blitz, karena akan membuat foto menjadi datar dan tidak menarik. Selain itu, bila obyek adalah serangga kecil akan membuat mereka kabur.
  5. Ambil beberapa shot dengan setting yang berbeda. Seperti disebutkan di atas, sebagian besar macro menggunakan setting manual. Jadi kita perlu mencari setting mana yang menghasilkan foto sesuai keinginan kita.

OK…let's take macro.

Point of Interest (POI) Dalam Photography

Point of interest sama dengan pokok pikiran dalam suatu tulisan. POI adalah tentang apa yang ingin Anda sampaikan dalam foto tersebut. POI menjadi tema inti foto Anda. Foto yang baik seharusnya hanya ada 1 POI dengan 1 latar belakang dan atau 1 latar depan.

Apa saja yang bisa menjadi POI? Pada dasarnya segala benda, event, ekspresi, garis, bentuk, warna dan lainnya bisa menjadi POI. Berikut beberapa ide untuk dijadikan POI.

Manusia adalah obyek yang tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi. Setiap manusia adalah unik. Perkembangan mereka dari masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua sampai meninggal selalu menjadi obyek yang menarik dijadikan point of interest. Ekspresi mereka, aktivitas, budaya, pakai dan aksesoris yang dipakai, sampai dengan bagian-bagian tubuh merupakan POI yang tidak pernah membosankan.

Untuk foto portrait, bagian mata merupakan bagian ygn paling penting. Usahakan fokus yang paling tajam adalah bagian mata.

Hewan dan tumbuhan. Seperti halnya manusia, hewan dan tumbuhan pun merupakan obyek yang sejak dahulu menjadi point of interest yang menarik. Banyak lukisan-lukisan kuno didominasi oleh obyek hewan dan tumbuhan.

Gunung dan Laut. Gunung dan laut merupakan obyek yang menakjubkan. Pengalaman akan ndahnya gunung dan laut dapat ditransformasikan dalam bentuk dokumen 2 dimensi dengan tetap memberi kesan seolah kita berada di sana.

Aktivitas. Aktivitas sekelompok manusia dalam bentuk perayaan, olahraga, perniagaan, pesta budaya, kelahiran, kematian, kematian, perdamaian dan berbagai aktivitas lainnya dapat menjadi PoI yang menarik.

Waktu Terbaik untuk Photography

Seringkali kita takjub dengan sebuah foto karena moodnya yang sangat tidak biasa. Foto-foto tersebut umumnya diambil pada waktu-waktu yang khusus. Si photographer biasanya sudah melakukan riset mengenai nuansa dan pola cuaca di suatu lokasi. Kadang-kadang si photographer melakukannya selama 3 hari berturut-turut untuk satu lokasi.

Memang sebuah ongkos yang terbayar dengan layak ketika fotonya membuat kita WOW!!! nah menurut beberpa photographer, waktu-waktu yang terbaik adalah:

jam 5 : Fajar : warna pink, cahaya yang sangat halus dan kabut tipis untuk danau, sungai dan pemandangan.

jam 6 : Sunrise : Cahaya renyah, keemasan. Pas untuk subjek-subjek menghadap timur.

jam 10 – 14 : Tengah hari : tidak cocok untuk pemandangan dan motret orang, tetapi bagus untuk motret gedung-gedung dan monumen. Warna-warna bangunan dan detailnya terekam sangat baik.

jam 14 – 16 : Sore hari : Langit biru dengan polarizer.

jam 16 – 18 : Senja hari : Cahaya yang hangat, keemasan. Pas untuk subjek-subjek menghadap barat. Waktu terbaik untuk landscape dan orang, khususnya satu jam sebelum sunset.

jam 18 – 18.30 : Sunset : Langit yang indah, mulai 10 menit sebelum sunset sampai 10 menit sesudahnya.

jam 18.30 – 19.30 : Magrib : Foto malam yang indah, lampu-lampu sudah bernyalaan sedangkan langit masih nampak keunguan.


Cahaya : Pencahayaan yang baik seringkali menjadi kunci foto-foto juara. Penggunaan cahaya siang hari secara efektif dapat juga memperbaiki foto anda. Untuk mencapai foto seindah di “National Geographic”, fotolah ketika cahaya berwarna keemasan – muncul sesudah sunrise dan sebelum sunset, sering disebut “magic hours” di kalangan fotografer. Coba lihat lagi rincian dari waktu-waktu terbaik di atas.

Kedalaman : Sertakan rasa kedalaman pada foto anda. Kedalaman dapat dicapai dengan pengaturan DOF, penempatan elemen-elemen di dalam foto, dan pencahayaan.


Diadopsi dari tulisan Huda M Elmatsani di situs www.fotografer.net

Canon 350D

















Other name:

• US: Canon Rebel Digital XT
• Japan: Canon EOS Kiss n Digital
• Elsewhere: Canon EOS 350D

SENSOR
• 22.2 x 14.8 mm CMOS sensor
• RGB Color Filter Array
• Built-in fixed low-pass filter
• 8.2 million total pixels
• 8.0 million effective pixels
• 3:2 aspect ratio

DIGIC II *

OUTPUT
• RAW
• RAW + JPEG Large/Fine *
• JPEG (EXIF 2.21) - Fine, Normal

More Detail: www.canon-europe.com

Product Review Canon 350D

Digital SLR ini termasuk favorit banyak fotografer. Termasuk (yg bukan) fotografer seperti saya. Bodinya ramping mudah dibawa kemanapun. Walaupun bodinya imut, namun fungsi sudah sangat memadai untuk membuat gambar bak fotografer professional. Dengan kemampuan 8 megapixel-nya yang diolah dengan DIGIC II image processor membuatnya tidak kalah dengan kamera kelas profesionalnya.

Menu-menu yang ditawarkan sangat mudah diakses melalui tombol-tombol yang user friendly. Pengalaman saya dalam menggunakan 350D sebagai my firs DSLR sangat-sangat memuaskan. Dengan mudah kita bisa mengaplikasikan teknik dari buku panduan. Mencari menu atau pengaturan mode kreatif sangat mudah dilakukan.

Dari sisi, compatibility dengan berabagai macam lensa Canon maupun produsen lainnya tidak ada masalah. Anda akan memiliki pilihan lensa yang sangat luas, mulai dari lensa L-series, EF, EFS dari Canon, Tamron for Canon, Sigma, dan Tokina. Saya sendiri sangat puas dengan kombinasi Canon 350D ini dengan Tamron SP AF 17-50mm f/2.8 XR Di II LD Aspherical (IF).

Mungkin satu-satunya keluhan terhadap kamera ini adalah dari mereka yang memiliki tangan dan jari yang besar. Karena body 350D cukup mungil, menyulitkan mereka memegang dan mengoperasikannya. Selebihnya kamera sangat saya rekomendasikan.

Nah review lengkap produknya seperti berikut (dikutip dari www.canon-europe.com )

Faster processing for better results
Underpinning the camera's performance is Canon's high-speed DIGIC II (Digital Image Core) processor, as found in Canon’s professional series EOS-1D Mark II and EOS-1Ds Mark II. DIGIC II is Canon’s second generation image processor, purpose built to handle the complex algorithms required for maximum image quality; optimally processing functions such as white balance and colour rendition. By integrating key functions onto a single processor, DIGIC II delivers superb quality images without trading camera responsiveness. "Digital image quality is dependent on three factors: lens quality, sensor performance and image processing capability,” said Jensen. “Canon is a developer, designer and manufacturer of the key components in each of the three critical technology areas: lens, CMOS sensor and image processor. It is the leadership position in each of these core technology areas that gives the EOS 350D Digital its edge.”

Better focusing
Focus can now be selected between One Shot AF (for single shot focusing), AI SERVO AF (for predictive tracking of subjects approaching at up to 50kph up to 10m away ) and AI Focus AF (switches automatically between One Shot AF and AI SERVO AF when subject movement is detected). This improves on the EOS 300D by providing direct selection of the three focusing modes. For more flexible focusing, AF point selection is now possible with the cross keys as well as from the main dial. Full time manual override is available with all EF Auto Focus lenses, while a new Precision Matte screen gives a brighter viewfinder image for easier, more accurate manual focusing.Improved flash, The pop-up flash has a guide number of 13 and sits even higher (95.5mm) above the optical axis than on the EOS 300D, helping suppress red eye effect and reducing the possibility of lens barrel shadow. Angle of coverage extends to support wide lenses to 17mm. Flash compensation of ±2 stops in 1/3- or 1/2- stop increments is available with both the built-in flash and with all EX-series Speedlite flash units. Optional wired or infra red wireless remote control is available.

Comprehensive accessories, software and online access
The EOS 350D Digital comes complete with NB-2LH battery pack, charger, USB cable, video cable, wide embroidered anti-slip neck strap. A new optional Battery Grip BG-E3 gives the camera a solid and balanced pro feel, particularly when the camera is fitted with longer lenses, and includes a shutter release and main dial for vertical/portrait shooting. It comes complete with one magazine that takes 6 AA batteries and another that takes two NB-2LH Li-Ion rechargeable batteries.Purchase of the EOS 350D Digital entitles photographers to membership of the CANON iMAGE GATEWAY with a 100 MB online photo album for image uploads. As well as Digital Photo Professional RAW image workflow software, ZoomBrowser EX 5.1 (Windows) and ImageBrowser 5.1 (Mac) are included for handling image file transfers between camera and computer, managing and printing files, and preview and conversion of RAW images.

Selengkapnya: www.canon-europe.com

Bagaimana Memilih Kamera.

Teknologi kamera digital memberikan kita pilihan yang luar biasa untuk sebuah kamera. Anda bisa memiliki sebuah kamera mungil yang dapat dimasukkan dalam saku baju. Padahal, untuk fungsi yang sama 10 tahun yang lalu, ukuran kamera pasti tidak kurang dari 1 kotak susu. Fungsi yang ditawarkan pun sangat beragam. Mulai dari hanya sebuah kamera digital sampai dengan kamera sekaligus video recorder, organizer, dan penyimpan data lainnya.

Nah, dengan banyaknya pilihan tersebut apa yang menjadi criteria untuk memilih satu kamera tertentu. Berikut beberapa tips yang mungkin memudahkan Anda menentukan pilihan. Intinya (1) tetapkan output ingin Anda peroleh, (2) keterampilan Anda dalam mengoperasikan, (3) bagaimana kegiatan pemotretan, (4) fungsi lainnya, dan (5) anggaran.


Output yang Anda inginkan

Untuk apa hasil foto akan digunakan? Sekedar untuk screen saver di monitor PC Anda? Dicetak ukuran 4R, untuk sticker atau akan dicetak dalam ukuran A0? Semakin besar ukuran cetak maka semakin besar pixel yang Anda perlukan. Untuk keperluan screen saver di PC kamera dengan kemampuan 2 megapixel atau 3 megapixel sudah memadai. Untuk jenis ini Anda dpat memilih Canon A640, Olympus C160 dan lainnya.

Untuk dicetak pada ukuran 10 sampai ukuran poster A1, Canon 350D atau Nicon D50 merupakan pilihan yang tepat. Bila Anda akan mencetak hinga ukuran A0 Anda akan membutuhkan kamera dengan kemampuan di atas 10 megapixel. Anda dapat memilih Canon 5D atau Canon 1D.


Keterampilan Anda dalam Pengoperasikan

Perhatikan juga kemampuan Anda dalam mengoperasikan kamera dan peralatan fotografi lainnya. Kalau Anda sudah mahir dalam mengatur rana, shutter speed, iso dan setting lain pada kamera, maka kamera yang memiliki features manual merupakan pilihan terbaik. Dengan menu pilihan manual dan setting kreatif akan memberikan efek yang luar biasa pada foto. Namun bila Anda masih awam dalam menggunakan kamera, maka kamera yang banyak memberikan setting automatis pilihan terbaik. Dengan demikian Anda tidak perlu repot menentukan setting yang digunakan.

Bagaimana Kegiatan Pemotretan,

Membayangnkan bagaimana kondisi Anda dalam memotret juga sangat menentukan pilihan. Kegiatan yang banyak dilakukan dengan kondisi nyaman, dalam studio, tempat rekreasi yang tenang memungkinkan kita memilih kamera yang berbadan besar. Misalnya Canon 30D, Nicon D70, Olympus 510. Namun bila kita dalam kondisi mobilitas yang tinggi, keramaian, dan ruang yang sempit, maka kamera pocket adalah pilihan yang terbaik. Contoh kamera ini seperti Nicon coolpix 7900, Canon 710Is atau Canon seri Ixus.

Fungsi lainnya, dan

Bila Anda akan menggunakan kamera Anda untuk keperluan lain seperti membuat video atau menyimpan file maka carilah kamera dengan feature yang variatif. Biasanya kamera yang memiliki feature ini lebih mahal disbanding yang lainnya. Bila Anda tidak memerlukan feature selain membuat foto, jangan membuang uang hanya untuk fungsi yang tidak akan pernah Anda gunakan.

Anggaran yang tersedia.

Seperti disebut di atas, pilihan untuk kamera digital sangat banyak. Apapun pilihan semua kembali pada budget yang tersedia bukan? Bila point 1 dan 4 sudah Anda tentukan point ke 5 adalah mandatory (saran saya). Artinya, jangan membuang uang untuk fungsi yang tidak akan digunakan. Namun juga menurunkan spesifikasi dan kebutuhan untuk menyesuaikan dengan budget yang tersedia juga tidak tepat. Saran saya jangan memaksakan untuk membeli kamera dengan kondisi anggaran terbatas. Tunggulah beberapa saat hingga dana cukup untuk membeli kamera dengan spesifikasi yang memadai bagi Anda.

Kids Photography

Memotret anak merupakan salah satu alasan yang paling umum bagi orang untuk membeli kamera. Saya sendiri membeli kamera pertama di hari kelahiran anak pertama. Kehadiran anak, kelucuan mereka, kenakalan, dan berbagai tingkah polah mereka sangat menarik dijadikan point of interest (PoI).

Memotret anak-anak dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan tapi juga kegiatan yang menegangkan terutama bagi si anak itu sendiri. Umumnya orang mengambil gambar dengan meminta anak berpose, menyuruh tersenyunm dan jepret. Tidak jarang pula teknik seperti ini membuat anak takut, lari, atau berpose dengan mimic kaku dan aneh.

Nah, berikut beberapa tips untuk gambar anak yang lebih menarik.

Lakukan senatural mungkin, biarkan mereka dalam kondisi apapun mereka saat difoto. Teknik candid biasanya berhasil dengan baik. Ekspresi dan spontanitas akan terekam secara maksimal.

Jangan meminta mereka melihat kamera atau tersenyum, biasanya perintah meilhat kamera atau tersenyum, membuat anak-anak takut atau terganggu dan malah menghasilkan ekspresi yang aneh.

Mengubah sudut pemotretan, cobalah bergeser ke kanan atau ke kiri, naik atau turun, atau miring ke kanan atau kiri. Perubahan sudut pengambilan gambar juga akan memberi perbedaan yang besar.

Mengubah ketinggian kamera, memotret anak-anak yang paling umum dilakukan sambil berdiri dan berhadap-hadapan. Cobalah men-sejajar-kan tinggi dengan mereka, lalu ambil fotonya. Anda akan melihat hasilnya menjadi sangat berbeda disbanding bila kita foto dengan ketinggian orang dewasa.

Ikutlah dalam suasana mereka, kalau perlu ikut bermain dengan mereka. Dengan demikian Anda tidak akan dianggap orang asing yang mencoba mengganggu kesenangan mereka saat itu. Hasil yang diperoleh pun akan sangat sesuai dengan mood aktivitas yang mereka lakukan.

Hindari blitz, penggunaan blitz yang kuat akan menghasilkan gambar yang datar. Selain itu, blitz akan mengganggu perhatian mereka dan biasanya merusak mood anak-anak.

Buat Foto dgn Background Blur?

Siapa takut!!!!

Beberapa teman, seringkali menanyakan bagaimana cara membuat foto dengan Background (BG) blur... Hmmmmm memangnya kenapa dengan BG Blurrrrr? Mungkin memang foto seperti sangat menarik karena point of interest-nya (PoI) menjadi terisolasi. Jadi perhatian orang yang memandang langsung tertuju pada obyek utamanya.

Ini contohnya:

Canon 350D, focal lenght 100mm, speed 1/125 sec, aperture 2.8







Diafrahma adalah komponen utama dalam menentukan deep of field (DOF) sebuah foto. Diafrahma adalah celah dalam kamera yang menjadi jalan masuk cahaya kedalam sensor. Besar kecilnya diafrahma menentukan bagaimana sifat cahaya yang masuk. Secara sederhana dapat dianalogikan diafrahma seperti kelopak mata kita. Secara natural kita akan memicingkan/ membuka sedikit kelopak mata bila cahaya terlalu kuat dan kita menjadi silau.

Hal ini juga kita lakukan bila ingin melihat benda-benda dengan jarak yang jauh. Sebaliknya kita akan membuka mata lebar-lebar bila cahaya sangat kurang atau keadaan gelap. Juga untuk melihat benda-benda yang dekat kita akan membuka mata lebih lebar.

Pada kamera yang hal sama terjadi. Besar kecilnya bukaan diafrahma menentukan kedalam fokus atau dikenal juga sebagai deep of field (DOF). Makin kecil bukaan diafrahma makin jauh/lebar DOF (ingat kita akan memicingkan mata untuk melihat jauh). Makin besar bukaan diafrahma akan mempersempit DOF.

Besarkecilnya bukaan diafrahma direpresentasikan oleh angka f. Angka f umumnya bermula dari 1.4 sampai dengan 32. Secara teknis f ditulis 1/1.4, 1/8, 1/16 dan seterusnya. Pada penggunaan sehari-hari cukup disebut 1.4, 8 atau 16. Dengan demikian dapat kita fahami makin besar angka f makin kecil bukaan difrahma. Demikian sebaliknya, makin kecil angka f, makin besar bukaannya.

Jadi kalo ditantang buat foto dengan BG blur, yuk segera kita set kamera pada menu aperture priority (pada Canon: mode Av). Atur sampai ukura diafrahma pada angka yang paling kecil: 1.4 sampai 2.8 trus jepret....lihat hasilnya pasti blur deh BG nya.